Sabtu, 07 Mei 2016

PACARKU PERGI KETIKA AKU HAMIL

PACARKU PERGI KETIKA AKU HAMIL

Oleh: Hertina Silalahi



Hidup Hertina Silalahi hancur setelah mengetahui bahwa dirinya hamil. Hal paling menyakitkan yang harus diterimanya bahwa kekasih yang menghamilinya tidak bertanggung jawab. Hertina dicampakkan begitu saja dan harus menanggung aib atas kehamilannya baik di lingkungan kampus maupun keluarga.

Hertina begitu terpukul setelah menyadari bahwa sang pacar, sebut saja Tirto, pria yang dianggap mencintainya apa adanya ternyata tidak bertanggung jawab. “Awalnya saya bertemu dengan Tirto, itu di kampus. Saya bersyukur saya tidak pernah salah berpacaran dengan dia,” kenang Hertina.

Namun kenyataan tak seperti yang diharapkan Hertina. Di masa-masa berpacaran itu, Hertina dan Tirto justru jatuh dalam hubungan di luar nikah. “Yang dia lakukan adalah dia meminta saya melakukannya lagi dengan kata-kata yang manis. Dia akan bertanggung jawab, tidak akan terjadi apa-apa, akhirnya saya kembali lagi jatuh (melakukan hubungan di luar nikah),” ucapnya mengenang masa lalu yang sebelumnya juga pernah jatuh dalam dosa seksual bersama mantan pacarnya.

Apa daya, habis manis sepah dibuang. Begitulah akibat yang harus diterima Hertina ketika mendengar bahwa Tirto tidak mau bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya. Hertina pun harus memikul beban psikologi yang begitu berat, bukan hanya memikirkan tentang masa depannya tetapi berita kehamilannya menimbulkan kehebohan di lingkungan kampus, mulai dari teman-teman hingga dekan.

Rasa marah membuat Hertina berpikiran pendek. Tak ada lagi jalan selain bunuh diri di hadapan Tirto. “Saya sudah kalap. Pikiran saya sudah tidak jelas lagi. Yang ada dipikiran saya adalah memotong urat nadi saya dengan silet yang sudah ada di tangan saya. Saya bilang kalau saya mati, kamu yang akan bertanggung jawab”.

Ancaman Hertina akhirnya membuat Tirto berjanji akan menikahinya. Mereka telah berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Keluarga kedua belah pihak telah bertemu. Sayangnya, Hertina mendapati dirinya kembali dikecewakan bahwa pernikahan tak akan pernah terjadi.  Pasalnya, Tirto justru meminta agar kandungan tersebut digugurkan saja, dan segera kabur meninggalkan Hertina. “Saya merasa dipermainkan, saya merasa dibohongi dengan keluarga saya juga,” kenang Hertina pada saat terakhir kali melihat Tirto.

Pernikahan yang batal dan keinginan untuk tetap melahirkan anak yang dikandungnya membuat Hertina merasa telah melukai seluruh keluarganya. Dengan penuh penyesalan, ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah. Di atas secarik kertas, Hertina mengungkapkan isi hati dan penyesalannya kepada keluarga dan tinggal di sebuah yayasan yang menerima orang-orang bermasalah seperti dia.

Ia dirawat selama tiga bulan di sana sampai dia melahirkan. “Ketika saya melihat muka anak saya pertama kali, saya melihat muka bapaknya sama dia, timbul kebencian yang lebih lagi. “Kenapa Tuhan ijinkan dia pergi. Kenapa kami nggak bersama aja. Dan itu terus terngiang dipikiran saya. Rasanya pahit sekali. Saya harus memiliki anak yang tidak pernah saya rencanakan. Lahir tanpa seorang ayah”.
Kebencian dan penyesalan yang menyatu dalam hidup Hertina membuatnya merasa hancur. Pengharapan seolah sirna. Hingga pengharapan itu kembali tumbuh perlahan-lahan setelah mendapatkan pelayanan dari seorang mentor di Yayasan bernama Rumah Hidup Baru itu. “Dia bilang bahwa Tuhan itu baik. Tuhan itu adil. Saat ini kamu boleh merasa sakit, tapi lihat kalau kamu tetap berseru kepada Tuhan, pasti Tuhan akan ubah semuanya”.

Setelah mendapatkan bimbingan itu, hati Hertina seolah dibukakan dan ia pun mendengar dengan jelas suara Tuhan berseru, “Hertina, Aku mengasihi engkau”. “Saya tidak jawab. Dua kali saya dengar di telinga saya. Jelas sekali dan saya menangis. Setelah itu saya bangun dan berdoa, ‘Benarkah itu suaraMu Tuhan. Kalau itu benar, karena saya merasakan damai, ya, seperti lahir baru kembali’”.

Tuhan memberi pesan yang sangat jelas kepada Hertina dalam Matius 5: 8, “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah”. Hertina pun menyadari bahwa kesucian hati yang dimaksudkan adalah mengampuni. “Saya minta maaf sama Tuhan. Saya sebutkan namanya, saya mengampuni dia Tuhan, saya tidak mau lagi merasakan hal yang kosong seperti ini. Saya mau melayaniMu Tuhan. Saya berlutut dihadapan Tuhan. Saya mau kembali”.

Setelah melepaskan pengampunan tersebut, keajaiban pun terjadi. Seluruh keluarga yang telah disakitinya akhirnya meminta Hertina untuk kembali ke rumah. “Yesus memulihkan keluarga saya dan hati saya”. 

0 komentar:

Posting Komentar