Sabtu, 07 Mei 2016

Antara Ketaantan dan Gejolak Hati


Antara Ketaantan dan Gejolak Hati
Yehezkiel : 2 : 1 – 3 : 15

 Menjelang HR Pentakosta, mari kita perhatikan sekali lagi panggilan dan firman-Nya kepada Yehezkiel. Sikap yang dituntut dari Yehezkiel adalah siap dan sigap (ayat 1, Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia  bangunlah dan berdiri,  karena Aku hendak berbicara dengan engkau.), yang menandakan ketaatan yang tidak hanya emosional namun ketaatan yang cerdas. Tugas Yehezkiel berat sekali. Ia harus memberitakan firman penghukuman pada bangsanya sendiri. Mirip dengan tugas yang Yeremia terima. Kita telah melihat, visi kemuliaan-Nya sudah dinyatakan, lalu firman-Nya disampaikan (ayat 2:1-3:15). Urapan Roh Allah hadir pada Yehezkiel. LAI (TB, 1974) memakai "kembalilah rohku ke dalam aku", namun terjemahan lebih tepat "Roh (Tuhan) memasuki aku" (ayat 2).

Tugas Yehezkiel yang berat dipaparkan demikian: Ia akan menghadapi bangsa yang mendurhaka kepada Tuhan (ayat 3). Baik mereka maupun nenek moyang mereka telah berlaku tidak setia kepada Tuhan. Kedurhakaan mereka diungkapkan lewat satu kata yang berulang dipakai, pemberontak (ayat 3, 5, 6, 7, 8) dan dua kata yang menunjukkan karakter yang tidak mau diajar, yaitu keras kepala dan tegar hati. Sebutan akrab TUHAN (Yahweh) pun hanya digunakan untuk menegaskan asal usul firman yang harus Yehezkiel beritakan (ayat 4). Yehezkiel akan mengalami masa sulit dan berbahaya seperti orang yang tinggal di tengah semak belukar yang berduri yang dihuni kalajengking yang sangat berbisa (ayat 6). Tidak ada kepastian apakah Israel akan mendengarkan pemberitaan Yehezkiel akan firman Tuhan atau tidak (ayat 5, 7). Ketaatan dan kecerdasan  diperlukan sebab tugas yang akan diemban bukanlah tugas yang ringan dan mudah. Allah sendiri mengakui bahkan memahami hal itu sehingga Ia menyebutkan berkali-kali karakteristik bangsa yang akan dilayani Yehezkiel (ayat 3-8). Namun Allah tidak hanya sebatas peduli, Ia juga akan selalu berada di belakang Yehezkiel untuk menguatkan hati dan terus memompa semangatnya, sehingga tugas Yehezkiel dapat dilaksanakan dengan baik (ayat 3:8-9, Dan engkau, anak manusia, dengarlah apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak  seperti kaum pemberontak  ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah  apa yang Kuberikan kepadamu." 2:9 Aku melihat, sesungguhnya ada tangan  yang terulur kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan  kitab).

Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagi Allah adalah Yehezkiel melaksanakan tugas dengan setia bukan pertobatan bangsa Israel (ayat 5, Dan baik mereka mendengarkan  atau tidak--sebab mereka adalah kaum pemberontak --mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka). Ini tidak berarti bahwa Allah hanya peduli kepada pelayan-Nya dan mengabaikan pertobatan manusia, sebab tujuan misi Yehezkiel adalah agar bangsa Israel mengetahui bahwa ada seorang nabi Allah di antara mereka dan bahwa mereka sudah diberi kesempatan untuk bertobat. Suatu saat Allah akan datang untuk menghakiminya.

Respons Yehezkiel terhadap firman dan panggilan Allah sangat indah yaitu ia taat secara total ketika diperintahkan untuk memakan seluruh gulungan kitab (ayat 3:1-3). Apa yang dihasilkan oleh ketaatan Yehezkiel? Kekuatan Ilahi untuk mewartakan firman-Nya walaupun isinya bertentangan dengan pengharapan bangsa Israel (ayat 3:1) serta kedamaian di dalam hidupnya (ayat 3:3). Emosi Yehezkiel juga bergejolak (ayat 3:14) yang disebabkan karena gabungan dua pemikiran yaitu ia merasakan ketidakadilan Allah yang mengutus dirinya dengan tugas yang berat, serta ia mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan Allah terhadap umat- Nya yang senantiasa memberontak. Karena itu ia membutuhkan waktu untuk berdiam diri selama 7 hari (ayat 3:15). Berdiam diri merupakan terapi yang paling tepat bagi ketegangan emosi.
Situasi sulit yang dihadapi Yehezkiel tidak beda jauh dengan situasi yang dihadapi kekristenan masa kini. Bangsa kita pun bangsa pemberontak, keras kepala, dan tegar hati, walaupun Tuhan telah menegur dengan berbagai cara: deraan gempa bumi, malapetaka alam maupun buatan manusia, dan keterpurukan ekonomi yang semakin menjadi-jadi, dst. Sama seperti kepada Yehezkiel, kita diperintahkan untuk tidak takut kepada manusia, sebaliknya taat, tidak memberontak kepada penugasan Tuhan.
Jack.png
Kalau begitu : Banyak sekali saudara-saudara kita yang mempunyai panggilan seperti Yehezkiel yaitu melayani orang-orang yang secara sengaja menentang dan menantang Injil dan pelayanan Yesus Kristus. Emosi mereka seringkali juga bergejolak. Berdoalah untuk mereka serta berikan persembahan kepada Allah melalui mereka. ~~~Amin!

Oleh: Pdt. Emr. M. Jack Karmany, S.Th

0 komentar:

Posting Komentar